Puasa saat di Tanah Suci? Why Not?!


Ini adalah sebuah perjalanan istimewa untuk saya. Bukan hanya dari segi materi karena memang biayanya yang tidak murah, tapi juga dari beragam pergulatan batin dan kebimbangan yang mengiringi setiap keputusan yang saya ambil. Ini adalah kunjungan pertama saya di dua kota suci yang dimuliakan Allah, Madinah dan Mekah. Saya berpikir bahwa barang kali saja saya tidak memiliki kesempatan untuk kunjungan kedua, ketiga, atau seterusnya. Maka tidak salah rasanya untuk bisa melakukan ibadah puasa saat berada di sana. Kebetulan pada hari kamis saya berada di Madinah, dan pada hari Senin berikutnya saya berada di Kota Mekah. Di kedua hari itulah saya berpuasa. Anggaplah itu hadiah pribadi saya untuk kedua kota tersebut.

Sungguh sedapat mungkin tidak ada keinginan riya atau pamer ibadah dalam tulisan ini. Justru saya ingin menyampaikan apa yang saya alami dalam kaitannya dengan ibadah puasa tadi. Saya pribadi, merasa ‘keren’ dengan tetap istiqomah menjalankan puasa sunnah senin-kamis walaupun dalam cuaca sangat panas seperti di Mekah dan Madinah, ditambah dengan padatnya agenda harian yang disusun oleh panitia travel penyelenggara, merelakan lezatnya sajian sarapan dan makan siang di restaurant hotel (ya saya akui saya memang salah satu penganut paham ogah-rugi kalau soal urusan gratisan :D). Pokoknya mah saya merasa lebih keren dengan puasa dua hari tersebut. Tos kiteu weh lah..

Nah, sampai pada saat menunggu waktu boarding ketika akan terbang kembali ke tanah air, saya terlibat obrolan singkat dengan Datuk Bagindo Basa, pria usia baya yang memang sudah saya kenal sejak awal keberangkatan karena menggunakan jasa travel agency yang sama dengan saya. Saya ketahui ia sedang berpuasa ketika menanyakan waktu adzan maghrib pada saya.

“Pak Datuak sedang berpuaso yowh?” Saya bertanya dengan nada iseng dalam aksen padang, Pak Datuk itu dari Padang soalnya.
“Iya..” sambutnya
“Puasa apa Pak? Ini kan bukan hari Senin atau Kamis?” Saya penasaran ingin tahu.
“Alhamdulillah.. sudah lima tahun terakhir ini saya selalu puasa tiga bulan berturut-turut.. Rajab-Sya’ban-sampai Ramadhan..”

DEG!! Saya tertohok. Subhanallah sekali Mister Datuak ini. Ternyato.. sayo ini belum ado apo-aponyo dibandingkan beliau.. Antara terkesima dan iri dalam waktu yang bersamaan. Kalimatnya seperti menampar saya telak. Tamparan itu menyadarkan sekaligus memberikan motivasi kuat. Saya yang puasa Cuma dua hari begitu sombong dengan merasa keren, ternyatoooo bundooo… Pak Datuak itu jauuuuuhhhh lebih keren. Mudah-mudahan, insya Allah kalau umur disampaikan pada Rmadhan yang akan datang, mudah-mudahan saya mantap mengejar ketinggalan di Rajab dan Sya’ban tahun depan. Amin.

No comments:

Post a Comment