Abah Ican Komplemen Ekslusif


Ihsan Baihaqi atau saya lebih senang menyapa beliau dengan sebutan Abah Ican adalah seorang penulis buku best seller “Sudahkan Kita menjadi orang tua shalih?” sekaligus seorang motivator dalam training-training yang biasanya mengangkat tema tentang parenting. Juga seorang businessman, terakhir saya dengar, beliau memiliki toko busana muslim di kawasan bandung. Beliau sebagai seorang pembicara yang menyajikan training motivasi dalam perjalanan umrah ini adalah sosok yang sangat menyenangkan. Public Speaker yang baik dan….hiperaktif dan.. gahoel.. ahahahayyy…



Saya ngefans banget sama beliau, sempat ingin meminta salinan slideshow training tetapi tidak sempat karena saking sibuknya foto-foto.. hiks.. 


Beliau menjadikan perjalanan umrah kali ini semakin lengkap. Ada satu pokok bahasan yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sampai beliau yang mengatakannya. Bahwa salah satu pesan yang mengiringi ibadah umrah adalah ‘Safari Kematian’. Dalam rangkaian ibadah umrah, kita mengunjungi makam Rasulullah SAW, Sahabat Abu Bakar As Shidiq, dan Umar bin Khatab di raudhah, yang masih termasuk bagian dari masjid Nabawi. Kita juga mengunjungi Baqi, yakni tempat dimakamkannya beberapa keluarga Rasulullah SAW, sahabat, dan juga para jemaah yang meninggal di Madinah pun dimakamkan di tempat pemakaman Baqi ini.


Kita juga mengunjungi Jabal Huud. Gunung tempat dimakamkannya para syuhada dalam perang Huud, dimana salah satu cerita populernya adalah mengenai kematian salah seorang paman Rasulullah SAW yakni Hamzah yang dibunuh dengan cara yang teramat sadis. Tempat-tempat itu apa kalau bukan tempat orang-orang yang sudah meninggal? Bahwa pada akhirnya kita semua akan mati, dan bagaimana kita akan mati itu adalah pilihan kita, dengan tetap berupaya berdo’a pada Allah SWT dan berusaha agar kita bisa mati dalam keadaan Khusnul Khatimah dan bukan sebaliknya. Merinding betul saya ketika Abah Ican memaparkannya.


Tidak hanya tentang Safari kematian, muhasabah singkat beliau sebelum menutup Training Motivasi pada pertemuan akhir itu sangat menggugah hati saya. Tentang betapa meruginya kita yang mengabaikan ladang pahala berbuat baik terhadap orang tua selagi keduanya masih hidup di dunia. Tidak ada satu hal apapun yang mampu membayar penyesalan untuk bisa mengembalikan waktu jika kita terlambat atau bahkan tidak memperlakukan keduanya sebaik yang kita sebetulnya mampu. Ketika itulah terbayang wajah Ibu dan almarhum Bapak di benak saya. Dan saya pun menyadari air mata sebanyak apapun tidak akan merubah apa-apa. Maka terhadap ibu lah kesempatan terakhir saya untuk bisa memberikan apa yang terbaik yang saya bisa, sebab untuk almarhum Bapak.. hanya do’a yang sepertinya tidak pernah cukup sajalah yang bisa saya persembahkan untuk beliau. Semoga saya, juga peserta training lainnya tetap bisa memupuk ilmu yang kami peroleh selama perjalanan menjadi tumbuh dan terus dapat istiqomah mengamalkannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah SWT. Amin.
.

No comments:

Post a Comment