Fly to Baitullah


Rabu 13 July 07:45 WIB Saudi Arabian AirLines

sudah hampir delapan jam kami terbang, seharusnya tidak berapa lama lagi kami mendarat. Well, kalau baik atau tidaknya mutu pelayanan suatu maskapai penerbangan diniliai dari seberapa seringnya mereka memberi makanan, maka saya kasih four point five stars untuk Saudi Arabia Airlines.Namun jika anda dapati saya terlalu 'norak' atau kemudian anda jadi bereaksi, 'yaa emang gitu kaleee'.. maka Anggaplah saya awam, toh ini memang kali pertamanya saya naik pesawat yang bukan airasia -- yang bukan jarak dekat -- yang bukan dibeli dengan harga promo :D. Jadi saya belum paham betul bagaimana culture saat terbang di udara (yaa eyaalahh.. Mosok terbang di air :P)Well, Untuk delapan jam waktu terbang, mereka menyuguhi kami tiga sesi waktu memberi makan. Yang pertama, mereka menyuguhkan aneka jus buah setelah setelah dua jam terbang, kbetulan nasi kotak saya tadi siang belum sempat dimakan, sekalian saja saya makan mumpung sedang dapat minuman (red: selepas boarding, jangan harap punya air minum bisa dibawa sampai ke pesawat). Tidak selang berapa lama, mereka menyuguhkan sekali paket makan 'berat'. Terdiri dari salad + thousand island, roti + butter, spagheti ikan (saya pilih menu ikan), dan dessert berupa semangkuk kecil puding. Alih-alih makan, mereka juga menawarkan teh dan atau kopi. Memang nikmat jika minum kopi setelah makan, tapi tahukah, itu bukan pola hidup sehat yang baik, kandungan dalam kopi menyebabkan lemak berkembang cepat dalam metabolisme tubuh kita.. Just FYI hehehe..

Kemudian, mendekati waktu pendaratan, mereka mengulangi pola kedua. Bedanya kali ini saya memilih paket nasi kebuli + ayam. Yaa Ampunn.. Beneran lohh.. Saya tekanan batin ngabisinnya. Mosok sekali terbang saja, saya sudah deposit begitu banyak asupan kalori. Stress,,, bukan cuma itu, belakangan ini memang saya sedang mengaplikasikan pola hidup sehat dengan makan hanya ketika lapar. Sedih rasanya kalau harus tidak menghabiskan makanan, sekalipun makanannya tidak di makan, saya berani bertaruh kalau makanan itu tetap akan berakhir di tong sampah. Biasanya regulasi yang ditetapkan memang seperti itu sejauh yang saya tahu. Maka untuk makanan kedua ini, saya selipkan ke tas saja nasi kebuli + ayamnya. Tadi saya buka untuk kepentingan dokumentasi saja.. hehe.. Moga-moga saja nanti bisa bermanfaat.

Bicara soal pengalaman terbang kali ini, saya tidak banyak terkejut. Menarik. Lucu. Dan untungnya tidak memancing emosi..

Di migrasi. Saya sengaja memilih yang antrian yang paling pendek. Ealaahhh.. Para ibu-ibu dari calon jemaah umroh dari antrian sebelah malah pindah nyamperin temennya yang ada di antrian saya, yang berdiri di depan saya, berkali-kali sampai lebih dari tiga kali, saya di salip.. Serius, saya tidak kepingin marah. Maklumlah, ibu-ibu. Saya malah jadi lucu sendiri melihat tingkah polah mereka.

Di pesawat.. sudah saya duga. Tempat duduk saya sudah ditempati orang lain. Padahal posisinya yg paling saya sukain, dan impiin, persis di sebelah jendela :( tapi karena sudah diduduki ibu-ibu yang tidak mau misah dengan keluarganya, terpaksa saya yang mengalah pindah. Lain cerita, seorang penumpang yang duduk di sebelah saya (red- orang Brebes), saya dapati sedang mengoles butter di rotinya (insting usil saya bilang -- beliau sempat curi pandang melihat cara saya makan ), saya sapa sambil lalu, 'ndak pakai gula Pak?' 'Oh, saya lagi ngurangin gula dik..' 'Oohh..' Tidak lama, saya perhatikan, mangkok puding vanilanya sudah bersih :D. Pesan moralnya, itu Bapak gengsi rupanya saya gap-in. Hahaha.. Abaikan.. Oiya, istrinya si Bapak makan rotinya pakai thousand island :D. Tapi malah dengan si Bapak dari Brebes ini, saya terlibat perbincangan panjang -- dalam bahasa Tegal yang kental. Saya yang kebetulan berdarah Tegal, jadi lawan ngobrol yang tek-tok buat beliau. Setengah jam berlalu saya menananggapi si Bapak bercerita, sebab porsi nya lebih banyak beliau yang cerita dan saya mendengarkan sekaligus merespon sekenanya ketimbang sebaliknya.

Ada kejutan lagi, saat saya menulis ini, si Bapak menyeletuk bangga, 'ini namanya hamburger'.. Saya lirik, beliau membelah dua rotinya, melapisi dengan butter dan saus cabai, kemudian menumpuknya lagi jadi menyerupai burger.. lol..

Sampai di sini, saya harus kembali pada hafalan do'a saya.. Cheers..

Rabu 13 July 07:10 Waktu Riyadh (23:15 WIB)

Oopps..ternyata bukan tiga sesi. Tetapi empat. Setelah transit satu jam dari Bandara Internasional Khaled di Riyadh, kembali para stewardess membagikan jus dan sandwich pada penerbangan menuju Madina. Wahh..kacau benar ini metabolisme badan. Tengah malam waktu Jakarta tapi masih dijejali kalori sebegini tinggi. Perspektif memang selalu relatif. Ada yang senang terus dibagi makanan, ada juga yang malah kebingungan, saya salah satunya..




No comments:

Post a Comment