Jama'ah dari Busananya


Di tanah suci saya menemui banyak sekali ragam jemaah perempuan. Pertama kali datang, saya mengalami culture shock tentang betapa berbedanya karakteristik dan cara berbusana jemaah dari Indonesia dan jemaah dari belahan dunia bagian lainnya. Beberapa yang paling sering saya temui adalah ibu-ibu berusia lanjut dengan perawakan tinggi dan besar, sebagian dari mereka memiliki aroma yang khas, saya biasa melabeli mereka dengan ‘wanita beraroma kari’, entah saya sendiri juga tidak tahu bagaimana aromanya kari, tapi yaa begitulah. Saya tidak tahu tepatnya dari Negara mana mereka berasal. Sebagian dari mereka tidak ramah seperti orang Indonesia, tidak sabaran, dan kadang tidak mau berbagi tempat untuk shalat dengan jema’ah yang lain. Pernah suatu ketika, saya terusir dari tempat yang saya duduki dari tadi. Saya sudah duduk, si Ibu ini datang dan duduk persis di belakang saya (red: mepet). Ketika bangun dan akan mulai shalat, dia mengklaim itu sebagai tempatnya. Mau mewek rasanya. Untung saya datang bersama Budhe saat itu. Dan dua orang lainnya di sebelah kami juga sama-sama orang Indonesia. Jadi kami berdiri lebih merapat untuk memberikan tempat shalat untuk saya. Memang tidak semuanya seperti itu. Ada juga yang murah senyum dan mau berbagi. Hanya saja intensitasnya saya lebih sering ketemu dengan yang tipe pertama tadi.

Bicara tentang cara berbusana, paling mudah mengenali jemaah dari Indonesia, karena mereka biasanya hanya mengenakan atasan mukena saja jika ikut shalat berjama’ah di masjid. Sedangkan jema’ah dari Turki biasanya berpenampilan modis. Dengan blazer terusan panjang yang khas, berpostur tinggi tapi tidak terlalu besar, dengan pahatan muka campuran antara timur tengah dan eropa. Cantik-cantik sekali jemaah yang berasal dari turki ini. Banyak pula jemaah yang mengenakan busana hitam-hitam dan bercadar, jadi saya tidak bisa membedakan mereka. Saya merasa, selain untuk tujuan keamanan, berbaju hitam-hitam dan bercadar memang pilihan busana paling nyaman dan tepat jika kita tinggal di sana. Mekah dan Madinah termasuk kota yang beresiko kejahatan dengan perempuan sebagai korbannya.

No comments:

Post a Comment