Langkah Pertama

Tidak terjadi sebuah perjalan tanpa diawali langkah pertama. Tak perlu terlalu besar, cukup sejengkal. Namun tahukah, sekedar untuk memulai sejengkal langkah pertama untuk sebuah perjalanan luar biasa, kita memerlukan keberanian yang besar, pertimbangan yang matang, dan iman. Bukan hanya iman pada Tuhan, tapi keimanan --keyakinan-- pada perjalanan yang baru saja akan kita mulai. Dan di sinilah, saya akan memulai sebuah chapter perjalanan yang merupakan bagian kecil dari perjalanan panjang hidup saya. Saya menyebutnya, himpunan perjalanan.

Adalah mimpi salah seorang sahabat saya yang ingin bertandang ke Baitullah Makkah bersama ibundanya. Subhanallah. Saya pun jadi ikut-ikutan memimpikan hal yang sama dengannya. Latah yang tidak umum memang kedengarannya. Tapi memang begitulah adanya. Menunaikan ibadah UMRAH lantas kemudian menjadi salah satu resolusi pencapaian saya di tahun 2011 ini.

Hidup yang saya alami begitu rumit tahun-tahun terakhir ini. Serumit apa? Tak perlulah dibayangkan. Toh setiap kerumitan itu sifatnya relatif. Hanya saja, untuk seporsi yang saya nikmati saat ini, cukup membutuhkan upaya keras untuk menjejalkannya pada 'mulut' saya, pelan-pelan dan harus sangat hati-hati mencernanya, mencoba bisa merasakan khasiatnya agar tidak menjadi feces begitu saja. Haha..ngelantur. Rasa sakit itu (red: kerumitan, kesulitan), selagi tidak mematikan, ia akan menguatkan. Sama seperti obat, pahit, tapi bisa jadi jalan menyembuhkan. Demikian, salah satu niatan saya menjalankan ibadah UMRAH. Saya hendak mencari kekuatan di sana. Memanjatkan puji syukur ritual penghambaan saya pada Allah sebagai Tuhan yang saya sembah. Saya ingin bermunajat di sana. Bukan mengharapkan penghidupan yang lebih mudah, tapi keteguhan hati yang kuat untuk bisa melalui apa pun bentuk ujian dalam hidup itu nantinya. Saya sadari saya ini lemah iman. Grafik keimanan saya terus berfluktuasi, dan saya khawatir, gradiennya semakin miring ke bawah. Iman itu abstrak, tidak tampak.

NIAT. Itu adalah awal dari langkah pertama saya. Tiba-tiba saja, niat bisa menjadi sangat berat ketika saya ragu-ragu untuk melangkah. Banyak sekali polemik yang bergelayut di hati dan pikiran saya. Pertama, semula saya berencana berangkat umrah selepas teman saya mengembalikan uang yang dipinjamnya dari saya beberapa waktu lalu. Jumlahnya lumayan cukup besar. Hampir separuh dari biaya umrah itu sendiri. Tapi karena satu dan berbagai hal, ia belum bisa mengembalikannya secara utuh dalam waktu dekat. Saya pun bimbang. Entah apa yang menguatkan saya, saya memutuskan untuk rela menggunakan tabungan saya secara penuh ditambah gaji saya bulan berikutnya yang semoga saja cukup. Mumpung masih muda, sehat, dan insya Allah mampu secara fisik maupun materi. Setelah selesai dengan masalah pertama, saya kembali dihadapkan pada polemic kedua. Prakiraan cuaca yang menyebutkan bahwa kota Mekah dan Madinah akan memasuki masa terpanasnya pada bulan Juli, bahkan bisa mencapai 50 derajat, cukup mengkhawatirkan saya. Bayangkan saja, tempat saya biasa sauna hanya sekitar 39 derajat celcius. Alamaaakk..macam mana panasnya nanti. Bagaimana di sana nanti ya. Saya sempat terpikir untuk menunda keberangkatan saya tahun depan saja. Sekali lagi saya berpikir keras. Tidak ada hal yang tidak mungkin bagi Allah. Kita adalah tamu-Nya. Allah yang akan menjamu kita. Bisa saja derajat suhu menunjukkan angka lima puluh, tapi bukan hal yang susah bagi Allah untuk membuat kita tetap merasa sejuk di rumah-Nya. Selesai sudah pergulatan saya dengan polemic yang kedua. Tidak sampai disitu, saya baru ‘ngeh’ kalau jadwal perjalanan saya sangat dekat dengan periode haid saya. Aduuuhh..kenapa jadi rumit begini. Saya jadi khawatir kalau-kalau nanti datang bulan saat di kota suci. Mau nangis saya rasanya. Sempat terpikir untuk mengkonsumsi obat penunda haid, konsultasi ke dokter, atau semacamnya untuk bisa memastikan saya tidak datang bulan selama perjalanan. Beberapa hari hal ini merusak mood saya, membuat saya murung. Tapi saya selalu mencoba untuk tetap berpikir dengan kepala dingin. Haid merupakan pemberian Allah, saya pribadi berpendapat kalau menunda haid itu sama saja dengan tidak ikhlas menerima apa yang Allah tetapkan atas kita. Sedangkan, ngoyo tidak kepingin haid dengan niatan agar ibadah bisa maksimal di Tanah suci, itu juga baik, namun seperti agak egois.. agak ironis.. di sisi yang satu kita datang ke Baitullah sebagai seorang hamba tanpa atribut dunia, tapi di sisi yang lain justru kita tidak ikhlas menerima haid yang datang pada kita yang memang merupakan karunia Allah juga. Berpikir demikian membuat perasaan saya jauh lebih baik. Mana tau, pahala keikhlasan kita menerima keadaan haid selama di tanah suci bisa sama dengan pahala umrah itu sendiri.. walallahualam.. itu biar menjadi urusan Allah. Begitulah pendapat saya. Mungkin bisa jadi berbeda kalau situasinya adalah perjalanan haji yang memang lingkup waktunya terbatas.

Maka dengan niat (yang semoga tetap kuat menjemput ketetapan-Nya) saya mendaftarkan diri untuk ibadah umrah periode 13-21 Juli 2011 di Maghfirah Tour & Travel. Bismillah.. Dibantu Mbak Laura Syamina, saya menyerahkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk persiapan keberangkatan. Saya hanya tinggal menunggu visa saya keluar dan di kamar jenis apa saya akan ditempatkan untuk bisa menentukan jumlah biaya yang perlu saya bayar.

Baru sebentar saya merasa tenang dan mantap. Baru saja berdamai dengan polemik ketiga, polemik keempat muncul di hadapan saya dengan seringai luar biasa percaya diri hendak menggugurkan niat saya. Apa lagi ini yaa Rabb?? Hubungan bilateral Indonesia dengan Kerajaan Saudi Arabia menegang. Yang paling hangat dibicarakan adalah soal hukuman pancung yang telah dilakukan pada seorang tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja di sana. KSA memotong kuota jema’ah haji dan umrah (dari Indonesia) secara besar-besaran. Banyak visa yang tidak keluar. Dari lebih dua ratus visa yang biasa dikeluarkan setiap harinya.. saat itu tidak sampai sepuluh persennya saja yang keluar, yakni sekitar 17 visa. Banyak perjalanan umrah yang dijadwalkan ulang. Maka kali ini, benar-benar hanya undangan Allah lah yang pada akhirnya menjadi jalan saya bertandang ke Baitullah..

Pada tanggal 8 Juli saya mendapat kabar baik dari Mbak Laura bahwa Visa saya sudah keluar dan passport sudah dikembalikan. Jadwal terbang tidak diundur, tetap tanggal 13 Juli 2011.. Alhamdulillah.. Allahu akbar.. Inilah langkah pertama saya.. Labbaika Allahumma Labbaika..

No comments:

Post a Comment