Masjidil Haram


Salah seorang kawan seperjalanan saya tiba-tiba berkomentar saat kami sedang mengelilingi bagian dalam masjidil Haram.

“Kenapa yaa.. Kok aku ngrasanya masjid Nabawi itu lebih indah dari masjidil Haram ini?”
“Hmmm…” saya pun menanggapinya dengan gumam ringan seolah mengiyakan.

Butuh beberapa waktu bagi saya untuk bisa sependapat dengan kawan saya itu. Saya kembali mengamati hasil jepretan saya di Masjid Nabawi tiga hari yang lalu. Mengamati setiap detailnya dan menyimpannya dalam memori saya. Waktu berikutnya, saya mengamati masjidil Haram dengan lebih seksama. Siang dan malam saya coba membandingkan. Secara ukuran, luas, dan kapasitas jama’ah, tentu saja Masjidil Haram memang jauh lebih besar. Dari lantai dua masjid saya tak berhenti mengamati. Secara objektif, saya katakan bahwa bangunan Masjidil Haram ini lebih indah, menyerupa istana yang sangat megah. Namun entah mengapa, kesan yang timbul di hati saya memang lebih condong pada Masjid Nabawi di Madinah.

Tersadarlah saya, saya lupa bahwa Masjidil Haram memiliki bangunan Ka’bah di dalamnya. Ialah magnet yang menyedot semua keindahan bangunan Masjidil Haram. Tak peduli seindah apa pun design bangunan Masjidil Haram, Ka’bah lah inti dari eksistensinya. Ia yang menjadi pusat orbit putaran semua Jama’ah. Wajar saja jika saya dan rekan saya tersebut seperti sependapat untuk masalah yang satu ini. Ka’bah adalah inti dari keindahan Masjidil Haram. Subhanallah..

No comments:

Post a Comment